Oleh : Monika Wutun
1. Prakata
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling kait-mengait dalam perjalanan dunia secara historis maupun substansial. Dua kata ini sebenarnya merupakan akar dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang super modern dan canggih berbasis teknologi tinggi yang kini tengah dinikmati oleh umat manusia di seluruh dunia.
Peran filsafat dan ilmu dalam membentuk atau menciptakan dunia seperti dewasa ini, dengan kelebihan dan kekurangannya tak hanya dinikmati oleh salah satu kaum saja. Tetapi harus diakui keduanya telah membuat semua umat manusia dapat mengenal dengan lebih baik keberadaan atau eksistensi dirinya maupun keberadaan atau eksistensi dari dunia itu sendiri.
Jika dikaji dari berbagai latar belakang dengan paradigma tertentu yang digunakan maka persepsi yang diciptakan akan menghasilkan buah pikir yang berlainan. Terlepas dari berbagai penilaian tentang keberadaan dunia yang benar ataupun salah, namun harus diakui semua pihak yang menyatakan benar atau salah justru juga menikmati kebenaran dan kesalahan yang ada dan terjadi di dunia ini. Tidak ada satu pihak pun saat ini dapat menghindari sesuatu yang sudah ada dan berada seperti adanya saat ini.
Maka seharusnya umat manusia sebagai penghuni bumi ini, hendaknya menyadari tanggung jawab bawaan untuk menjaga keberadaan bumi agar dapat terus ada sampai saatnya jika ada kekuatan yang melebihi semua kekuatan di bumi menghendaki keberadaan bumi itu diakhiri. (Kekuatan itu bisa jadi kehendak Tuhan atau TAKDIR merenggut keberadaan bumi ini). Sehingga ketika hal itu terjadi kita akan bertanya dan terus bertanya apakah roda masih berputar dan dunia masih bergulir?
2. Mengapa Harus Herwan Soewardi?
Pertanyaan ini memang menggelitik keingintahuan Penulis untuk mengenal lebih mendalam seorang Herman Soewardi yang boleh dikatakan memiliki pemikiran yang luar biasa untuk dikaji secara ilmiah. Herman Soewardi bisa menghasilkan filsafat ilmu yang berbasis agamanya yakni Islam, kemudian membandingkannya dengan ilmu yang sudah berlaku universal saat ini.
Sebenarnya pemikiran Herman Soewardi ini tidak perlu dipertentangkan untuk tujuan menghancurkan atau mencari kesalahan dan kebenarannya, tetapi justru harus dipertentangkan untuk menemukan makna terdalam dari niat suci Herman Soewardi untuk menggeluti filsafat ilmu hingga akhir hayatnya.
Kita tilik saja dari sejarah sampai lahir kepenuhan pemikiran Herman Soewardi yang tertuang dalam buku Roda Berputar Dunia Bergulir yang merupakan hasil telahannya selama lima tahun sejak 1994-1998. Buah pikirnya lahir berjenjang dari Diktat kuliah filsafat ilmu hingga akhirnya menghasilkan buku yang sampai saat ini dipakai oleh Universitas Padjadjaran sebagai bahan perbandingan dengan filsafat ilmu pada umumnya (ada barat dan timur / islam) atau bisa jadi paradigma baru pemikiran filsafat ilmu sebagai ilmu yang sejati?
Herman Soewardi dalam buku Roda Berputar Dunia Bergulir mengkaji dari perspektif Islam sebagai agama yang dianutnya tentang sains atau ilmu yang berbasis barat sentries yang dinamakan Sains Barat Sekuler (SBS) dengan Sains Tauhidullah yang Islami. Kajian yang dibuat oleh Herman Soewardi ini memang sangat menarik untuk diulas lagi lebih mendalam oleh para pihak yang tertarik dengan buah pikirnya.
Kajian itu hendaknya dapat mengayomi ilmu dengan sifat universalnya sehingga ilmu itu dapat diperuntukkan bagi umat manusia di seluruh dunia tanpa ada pembatasan, penyekatan atau pengkotakan antar kelompok umat di dunia ini. Sehingga apa yang dikatakan sebagai Sains Tauhidullah yang Islami dengan basis wahyu dari Tuhan (Allah SWT) dapat mengubah 7 abad salah dengan orientasi sains barat sekuler dapat kembali menjadi 7 abad benar dengan ilmu yang bersumber dari wahyu Ilahi.
Sekiranya buah pikir Herman Soewardi ini tidak hanya bisa digunakan oleh kaum Muslim saja tetapi dapat juga menjadi ilmu bagi kaum Non Muslim dengan dasar ajaran agamanya masing-masing. Karena menurut Penulis Implikasi Tauhid pada LIFE dan Implikasi Tauhid pada THOUGHT, merupakan pemikiran yang layak untuk pelajari oleh kaum Non Muslim.
3. Bagaimana Mahasiswa Non Muslim memaknai Sains Tauhidullah?
Sebagai Mahasiswa Non Muslim awalnya Penulis merasa kebingungan untuk memahami Sains Tauhidullah yang berbasis Islam. Penggunaan berbagai istilah dalam Bahasa Arab yang sangat Islam sentries belum lagi penulisan hanya ayat-ayat suci Al Quran tanpa menyebutkan naskah-nya, membuat kebingunan itu menjadi lebih terpenuhi.
Selain itu jika dibaca hanya permukaan maka Penulis dan kemungkinan mahasiswa Non Muslim lainnya hanya berpikir bahwa buah pikir Herman Soewardi tentang Roda Berputar Dunia Bergulir hanya Filsafat Islam yang mempersalahkan pemikiran barat dan mungkin bahkan secara ekstrim mempertentangkan Filsafat Islam dengan Filsafat Kristen atau Yahudi.
Namun setelah dibaca lebih mendalam akhirnya ditemukan makna tersembunyi dari pemikiran Herwan Soewardi bahwa ternyata dirinya tidak mempertentangkan kebenaran sains dari versi Islam versus Kristen atau Yahudi tetapi mempertentangkan dan bahkan secara ekstrem mempersalahkan Sains Barat Sekuler yang mengagung-agungkan Rasio dan obyektivikasi tanpa melihat keberadaan Kekuatan Ilahi yang melebihi rasio manusia. Hasilnya sudah tampak saat ini dengan siklus karbon yang mengacam kelangsungan hidup manusia di bumi ini dan juga pencemaran lingkungan dan berbagai masalah lainnya yang timbul karena keangkuhan manusia.
Bahkan dalam pemikiran Herman Soewardi ini, dirinya juga mempertentangkan pemikiran para pemikir Islam yang terkontaminasi dengan pemikiran barat yang sangat rasionalis dan bahkan cenderung atheis (tidak percaya keberadaan Tuhan). Dia menamakan kaum ini sebagai kaum muslim yang mendewakan barat.
Karena itu Herman Soewardi menyusun sains versi dirinya dengan dasar Naqliah memandu aqliah dengan wujud konkritnya berupa alih premis dari premis empirical (value barat yang salah) ke premis transcendental (value Tuhan yang benar) di segala bidang ilmu. Juga dasar Naqliah memandu indrawi, dengan wujud konkritnya berupa penyempurnaan proses pengindraan, menjadi intuitif atau irfani, karena disinilah letak bimbingan Tuhan lewat Ilham.
Selain itu topik implikasi Tauhid pada Life dengan berdasar pada Q,96:5 dengan tafsiran bahwa setiap guru yang baik akan mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Sehingga dalam bingkai konsep ini dibahas juga sejarah dunia dengan paradigma Islam, juga konsep 7 abad benar dan 7 abad salah serta Garis Susu (berbasis Islam) dan Garis Alkohol (berbasis Barat). Pada bagian ini juga digelorakan kebangkitan Islam untuk membawa ilmu pada pijakan ajaran Tuhan.
Juga implikasi Tauhid pada Thought atau berijtihad dengan pegangan Q,96:4 “yang mengajarkan manusia dengan perantaraan qalam”. Disini Herman Soewardi menegaskan Kalam artinya kata-kata Allah yang tidak sekedar pena atau nash-nash yang memandu akal atau pikiran manusia.
Dia menilai ilmu barat itu dilakukan tanpa tuntunan Ilahi sehingga salah jalan dan itu dibuktikan oleh dia sebagai tidak benar yang membawa manusia pada kehancuran peradaban seperti kerusakan ekologi. Karena itu untuk menghasilkan ilmu yang bersumber pada Ilahi maka sain itu harus berdasar pada naqliah memandu aqliah dan naqliah memandu indrawi.
Sebenarnya dari kaca mata Non Muslim (lebih khusus mahasiswa non muslim) sebenarnya kedua dasar itu juga ada dalam ajaran agama masing-masing. Seperti dalam ajaran Kristen ada juga perintah pada Injil yang mengharuskan umat kristiani untuk menyampaikan kebenaran kepada seluruh dunia dengan tafsiran kaum Kristiani juga berkewajiban untuk mengembangkan sains berbasis pada Firman Tuhan.
Dan perintah ini ada dalam Injil Matius 28:20, “dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”. Nash ini sebenarnya juga mengharus kaum Kristiani untuk mengembangkan sains yang berbasis pada wahyu Ilahi. Dan sains yang bersumber pada Firman Tuhan dan tentu mutlak benar itu, harus diajarkan kepada semua umat manusia agar kelompok Sains Barat Sekular yang cenderung atheis kembali kepada Sains sejati yang mencari kebenaran Rasio dalam bingkai ke-Ilahi-an.
4. Apakah Roda Masih Berputar dan Dunia Masih Bergulir?
Pada bagian penutup ini, penulis sengaja mengajukan pertanyaan apakah roda masih berputar dan dunia masih bergulir? Sebagai pertanyaan reflektif bagi kita yang mendalami Filsafat Ilmu sebagai jalan untuk menemukan Sains sejati.
Bagi penulis sains sejati itu adalah sains yang ada dan dikembangkan bagi keselamatan umat manusia dan bukan malah sebaliknya. Sains yang tidak terkotak-kotak dalam otak manusia yang dapat ditakar, tetapi sains yang ada dalam rancangan Ilahi.
Entah apa agama-mu tapi kita semua punya tanggung jawab untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang belajar dari keberhasilan dan kegagalan di masa lalu untuk hidup di masa kini dan menyiapkan dunia bagi generasi akan datang. Generasi yang ada sesudah kita dan bisa saja kita juga menikmatinya di kehidupan sesudah saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar