Rabu, 11 April 2012

Analisis LIma Tahapan Strategi Perencanaan Komunikasi (Oleh : Monika Wutun)


Materi yang akan dianalisis pada paper ini adalah hasil posted di http://jurnal.budiluhur.ac.id/wp-content/uploads/2007/04/blcom-05-vol2-no2-april2007.pdf oleh Wina Puspita Sari, S.Sos dengan judul Perencanaan Strategis Komunikasi Pemasaran Layanan Jasa Pendidikan Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Budi Luhur Jakarta. Meski UBL menggunakan prinsip dari D. Ronald Smith dalam menyusun perencanaan komunikasinya namun secara umum dapat dianalisis berdasarkan lima tahapan strategi perencanaan komunikasi yang terdiri dari strategi komunikator, strategi audience, strategi pesan, strategi pemilihan channel dan strategi budaya.
1)      Strategi Komunikator
·         Penentuan Sasaran Komunikator
Sasaran komunikator dalam perencanaan komunikasi bidang pemasaran jasa pendidikan FIKOM UBL Jakarta terdiri dari dua yakni reputation management goals yang terdiri dari peningkatan reputasi UBL, Peningkatan Citra UBL dan Pembentukan Citra FIKOM UBL Jakarta. 
Kemudian Task Management Goals yakni memperoleh mahasiswa baru FIKOM UBL dalam jumlah yang tinggi.

·         Penentuan Cara Komunikator
Sebelum mementukan teknik atau taktik apa yang akan dilakukan dalam perencanaan komunikasi bidang pemasaran jasa pendidikan FIKOM UBL Jakarta melakukan analisis SWOT dan memposisikan diri sebagai salah satu universitas swasta dengan Fakultas Ilmu Komunikasi yang memiliki nilai lebih bila dibandingkan dengan FIKOM dari Universitas Swasta lain di Jakarta atau malah letaknya berdekatan secara geografis dengan FIKOM UBL (Jakarta Selatan).
Dari hasil analisis SWOT dilakukan segmentasi (targeting) program, kemudian menentukan positioning UBL untuk membentuk citra, menetapkan strategi yang didalamnya terkandung tujuan dari program, implementasi strategi dan yang terakhir melakukan evaluasi dari keseluruhan program perencanaan komunikasi pemasaran jasa pendidikan FIKOM UBL Jakarta.

·         Kredibilitas Komunikator
Universitas Budi Luhur (UBL) merupakan instusi swasta di wilayah Jakarta Selatan dengan moto “Cerdas Berbudi Luhur”. Memiliki lima fakultas yaitu Fakultas Teknologi Informasi (FTI), Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) ,Fakultas Teknik (FT), dan Fakultas Pasca Sarjana yang terdiri dari Magister Manajemen, Magister Akuntansi dan Magister Komputer serta satu Akademi Sekretari.
Sedangkan Fakultas Ilmu Komunikasi baru berdiri tahun 2006, sebelumnya merupakan program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) yang berdiri tahun 1998 dengan peringkat akreditasi B (Baik) berdasarkan Surat Keputusan BAN PT Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 06516/Ak-VIII-S1-022/UBWILM/VI/2004. FIKOM Universitas Budi Luhur ini terdiri dari empat bidang peminatan (Konsentrasi) yaitu broadcast journalism, public relations, visual communications dan advertising.
FIKOM UBL Berkualitas berbasis kurikulum dan fasilitas dengan basis Teknologi Informasi dan juga tenaga pengajar yang kompeten dan memiliki tekad meningkatkan kredibilitas tenaga pengajar dengan memberikan kesempatan menempuh pendidikan pasca sarjana di dalam dan diluar negeri.




2)      Strategi Audience
·         Identifikasi Audience
Audience dari program perenanaan komunikasi pemasaran jasa pendidikan FIKOM UBL Jakarta ditargetkan berdasarkan demografi, geografi, psikografis dan behavioristik. Sehingga sasaran dari program ini adalah semua jenis kelamin (Pria/Wanita) dengan pendidikan minimal SMA atau Sederajat, khususnya yang berdomisili di Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan Tangerang. Dan lebih dikhususkan lagi berasal dari kelas sosial BC terutama memiliki pengetahuan tentang UBL (SMA Binaan UBL).  

·         Latar Belakang Audience
FIKOM UBL Jakarta telah menentukan latar belakang dari audience (sasaran program) yakni lulusan SMA atau sederajat yang kalau bisa telah dikondisikan untuk mengetahui atau mengenal UBL lewat program audience participation-nya.

·         Perasaan Audience
Ketika Audience telah mengetahui apa dan bagaimana kualitas UBL maka Komunikator yakin audience akan menentukan pilihan atau paling tidak tertarik dengan FIKOM UBL Jakarta.

3)      Strategi Pesan
·         Penekanan inti pokok pesan
Dilakukan dengan konsep proaktif yang terdiri dari pertama, action strategis yang terdiri dari organizational performance, audience participation, special event, alliances & coalision, sponsorship, strategic philanthropy. Kedua, Communication strategies dengan model yang digunakan yakni model informatif, persuasif dan dialog.
Kedua konsep tersebut disatukan dalam slogan Fikom UBL : ”Dengan Fikom Universitas Budi Luhur yang berbasis IT, Get Your Future Here”.

·         Pengorganisasian pesan
Setelah strategi aksi dan respon dirumuskan, maka pesan komunikasi yang efektif pun dirumuskan. Yang harus diperhatikan dalam perumusan atau pengorganisasian pesan adalah komunikator yang akan menyampaikan pesan. Kemudian pendekatan yang digunakan dalam menyusun pesan, struktur pesan termasuk kata dan simbol yang akan digunakan.
Pesan akan disampaikan dengan model Informatif, Persuasif, dan Dialog.
Untuk struktur pesan yang digunakan adalah argument dua sisi (two side argument) karena audience adalah siswa yang telah mencapai SMA (latar belakang pendidikan cukup tinggi). Dalam memberikan penjelasan menggunakan kata-kata yang tepat, bahasa yang sederhana dan sesuai dengan bahasa remaja dan orang tua.
Pesan dirumuskan dengan rational approach dengan mengajukan berbagai keuntungan yang didapat menjadi mahasiswa FIKOM UBL, kelebihan program akademi di FIKOM UBL yang berorientasi masa depan. Pesan diperkuat dengan bukti atau verbal evidence yaitu dengan cara melakukan comparison dengan FIKOM dari univesitas lain berdasarkan perhitungan statistic kesempatan kerja di bidang komunikasi dan testimoni dari lulusan FIKOM UBL yang telah sukses.

4)      Strategi pemilihan channel
Ada empat kategori taktik komunikasi yang dapat digunakan untuk pengorganisasian pesan yaitu :
·         Interpersonal communication (Taktik interpersonal communications yang digunakan adalah personal involvement, berupa undangan open house, site in di mata kuliah tertentu, kursus, dan sebagainya, information exchange dengan melakukan education gathering, lomba, dan sebagainya).
·         Organizational media (general publication, yaitu brosur, flyer, pamflet, direct mail berupa undangan dan katalog serta audiovisual media, melalui media digital yakni website).
·         News media (koran-koran, radio dan stasiun tv yang sudah menjalin kerja sama dengan Budi Luhur).
·         Advertising and promotional media (memasang iklan di koran, majalah, radio dan televisi tertentu sesuai dengan target market)

5)      Strategi Budaya
Program perencanaan komunikasi pemasaran jasa pendidikan FIKOM UBL Jakarta ini dalam paparannya tidak secara tegas mengedepankan strategi budaya sebagai bagian penting dari strategi perencanaan komunikasi. hal ini mungkin dikarenakan mereka mengedepankan model dari Smith yang menjelaskan empat langkah ykani formative research, strategy, tactic dan evaluation research.
Unsur kebudayaan yang terkandung di dalamnya diantaranya yakni targeting audience yang didasarkan pada budaya pendidikan Indonesia yakni lulusan SMA atau sederajat yang dalam budaya pendidikan formal di Indonesia adalah step yang tepat (step by step).
Kemudian pendekatan yang digunakan dalam menyampaikan pesan kepada audience juga didasarkan pada kebiasaan orang Indonesia yang masih mengedepankan kolektivitas sehingga ada interpersonal communication dan sejumlah kegiatan lain yang masih dibingkai oleh kolektivitas. Dalam penggunaan media pun ternyata UBL masih mengedepankan kedekatan sebagaimana kebiasaan orang Indonesia yang lebih nyaman dengan sesuatu yang dikenal dan dapat dipercaya. Selain itu prinsip kerja sama juga dijadikan model dalam pencapaian tujuan dari program ini.  

Persepsi Dalam Psikologi Komunikasi (Oleh : Monika Wutun)


Figure 2.2. Forces acting on the individual
  
Berdasarkan bagan diatas dapat dijelaskan bahwa kekuatan perilaku seseorang (individu) mencakupi aspek personal (The Person) seperti past experience, drives, goals dan future expectation. Selain ketiga kategori aspek itu terdapat aspek eksternal yang berasal dari luar diri individu yakni physical, social, economic. Dan tentu saja ketiga bidang  itu berlangsung atau terjadi di suatu lingkungan dengan kekuatannya. Lingkungan dapat mempengaruhi individu dan juga sebaliknya individu juga bisa mempengaruhi lingkungan.
The Person terdiri dari Past Experience; Drives, Goals; dan future expectation. Ketiga bidang ini memang senantiasa membingkai kehidupan the person (individu), karena manusia hidup dalam tiga bingkai pengelaman yaitu masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Ada tiga masa hidup yang membentuk perilaku manusia. Masa lalu akan menjadi sejarah bagi manusia untuk mengenang kesuksesan dan kegagalan serta belajar dari kedua hal tersebut. Masa kini, merupakan masa dimana manusia mengaktualisasikan diri dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat. Disini manusia menjalani hidup dengan berbagai tujuan yang harus dilaksanakan atau dilakukan. Sedangkan masa depan merupakan masa yang akan terjadi. Manusia hanya bisa merencanakan apa yang akan dilakukan di masa depan tetapi tidak akan bisa mencapainya tanpa hidup di masa kini.
©      Past Experience, atau boleh diartikan sebagai pengelaman masa lalu selalu membingkai individu dan tidak bisa dilepaskan dari individu tersebut. Pengelaman individu juga mempengaruhi dia dalam memaknai kehidupan, pengelaman-pengelaman itu akan terungkap ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain bahkan ketika dia berinteraksi dengan dirinya sendiri.
Dalam kaitan dengan persepsi interpersonal, pengelaman seseorang mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengelaman seseorang bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi.
©      Drives, Goals, hidup manusia harus dijalani dan memiliki tujuan. Dan biasanya tujuannya ditetapkan pada masa sekarang dalam hidupnya. Untuk menggapai tujuan hidup individu berusaha menjalani hidup dengan berbagai batasan-batasan individual maupun sosial.
©      Future Expectation, individu memiliki pengharapan akan masa depan yang lebih baik.
Eviromental Forces
Manusia selain sebagai makhluk personal juga sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia hidup di tengah lingkungan. Lingkungan itu sendiri memiliki beberapa komponen diantaranya Physical (lingkungan fisik yang membentuk karakter individu dalam memaknai diri). Social (lingkungan sosial juga membentuk keseluruhan pengelaman hidup bermasyarakat seorang individu). Dan economic (lingkungan ekonomi juga membentuk dan mempengaruhi pola hidup individu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya).

Five Basic Principles Related To Perception
(Lima Prinsip Dasar Persepsi)
1)    Perception is subjective and limited
Persepsi bersifat subjektif dan terbatas. Dimaksud subyektif karena persepsi menyangkut gathering, selecting, mixing, organizing dan interpreting yang terjadi di dalam diri seseorang. Persepsi bersifat subyektif itu bermula dari seseorang mengumpulkan informasi berdasarkan pengelaman yang kemudian diseleksi, kemudian dicampur atau dipertautkan selanjutnya disusun kemudian diinterpretasikan secara subyektif (berdasarkan penilaian pribadi). Hal ini menyebabkan orang berbeda dalam mempersepsikan satu objek sama. Namun karena kemampuan inderawi manusia itu terbatas, maka persepsi setiap individu juga terbatas sejauh kemampuan indrawinya dengan gudang field of experience dan frame of reference. Selain itu keterbatasan indera itu bisa dikarenakan kurang berfungsinya alat indera karena usia tua atau kecelakan dan alasan lainnya.
2)    Perception is learned
Persepsi adalah proses belajar. Hal ini benar adanya, karena ketika seseorang melatih diri untuk memahami sesuatu obyek entah itu obyek berupa benda maupun manusia secara terus-menerus maka akan tercipta persepsi yang mendekati kebenaran. Persepsi merupakan proses belajar juga dapat dibaca di buku Psikologi Komunikasi tulisan Jalaluddin Rakhmat (2003:89) yang menyatakan lewat facial meaning sensitivity test (FMST) yang dilakukan oleh Dale G. Leathers menunjukan bahwa para peserta yang dilatih dengan FMST menjadi lebih cermat melakukan persepsi.  
Atau oleh Joseph De Vito yang menyatakan apa yang terjadi di luar sangat berbeda dengan apa yang menapai otak kita. Mempelajari bagaimana dan mengapa pesan-pesan ini berbeda sangt penting untuk memahami komunikasi(1997:75).
3)    Perception involves attaching meaning
Persepsi meliputi pemberian makna, maksudnya persepsi memberikan makna terhadap sensasi (stimulus-stimulus) yang diterima alat indera. Seperti kata Jalaluddin Rakhmat, persepsi adalah proses memberi makna pada sensasin sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain persepsi mengubah sensasi menjadi informasi.
4)    We attempt to keep perception stable
Kita mencoba untuk mejaga agar persepsi tetap stabil; maksudnya bisa mempersepsi sesuatu secara benar. Karenanya persepsi jangan dipengaruhi oleh  
5)    We attempt to established consistency among our perception
Kita berusaha membentuk kemantapan dalam bertindak berdasarkan persepsi yang terbentuk. Maksudnya ketika kita sudah melatih persepsi dan mengarahkannya dengan baik dan konsisten maka akan timbul peluang bahwa setiap kali kita bertemu dengan obyek yang baru dikenal kita tidak akan menjustifikasi kebenaran atau kesalahan dari suatu obyek sebelum kita mengenalnya dengan baik.

The Five Step In Perception Process
1)    Gathering
Tahap gathering (pengumpulan) merupakan tahap dimana kita menghimpun berbagai stimuli-stimuli atau rangsangan yang diterima alat indera (yaini indera peraba, indera penglihat, indera pencium, indera pengecap dan indera pendengar). tahap gathering merupakan tahap pertama dalam keseluruhan proses seleksi, alat indera kita dirangsang lewat parfum untuk indera penciuman, api untuk indera perasa dan lain sebagainya.
2)    Selecting
Tahap selanjutnya ini terkait dengan penjelasan De Vito bahwa meskipun kita memiliki kemampuan untuk merasakan stimulus (rangsangan), kita tidak selalu menggunakannya. Sebagai contoh: bila kita melamun di kelas, kita tidak akan mendengarkan apa yang dikatakan guru sampai dia memanggil nama. Barulah kita sadar (1997:75). Contoh tersebut memberitahukan kepada bahwa setelah stimulus dikumpulkan pada tahap gathering, stimulus itu kemudian di seleksi pada tahap selecting. Tahap seleksi ini memberikan kita kebebasan untuk memilih stimulus yang paling kita sukai atau paling dekat dengan kita dan ada kecenderungan untuk menghindar stimuli yang tidak kita sukai atau tidak kita kenal. Bahkan kita pada tahap tertentu kita berhak menentukan apa yang ingin kita lihat, dengar, rasa atau lainnya.
3)    Mixing
Setelah kita melewati tahap pengumpulan dan seleksi, selanjutnya semua stimulus yang dikumpulkan dan dipilih-pilah itu kemudian di-mixing (dicampur) untuk menentukan stimulus mana yang paling perlu untuk diberi arti. Stimulus yang baru diterima akan dikombinasikan dengan stimulus yang pernah kita terima diwaktu yang lalu sebagai field of experience dan  frame of reference.
4)    Organizing
Menurut Deddy Mulyana, tahap organisasi melekat pada tahap interpretasi ((2002:169). Pada tahap organizing ini, semua stimulus yang dikumpulkan, diseleksi dan di-mix akan disusun dengan meletakkan di dalam pengelaman yang membingkai kita dalam memahami stimuli. Seperti kita akan senang mengorganisir stimulus-stimulus yang kita kenal atau dekat dengan kehidupan kita. Biasanya kita akan mengorganisasikan stimulus-stimulus itu berdasarkan kerangka yang kita punya.
5)    Interpreting
Seperti yang dikatakan pada tahap organizing yang melekat pada interpretasi yang didefinisikan oleh Mulyana sebagai meletakan suatu rangasangan bersama rangsangan lainnya sehingga menjadi suatu keseluruhan yang bermakna.
Meski tahap ini dijelaskan satu persatu namun pada banyak kasus sebenarnya tahap-tahap ini berlangsung nyaris serempak. Karna interpreting merupakan tahap paling akhir dari persepsi dimana setelah kita melewati pengumpulan, penyeleksian, pencampuran (mixing), pengorganisasian, maka semua stimulus yang diterima alat indera itu akan diberi makna pada tahap pemberian makna. Sehingga apa yang dikatakan oleh Jalaluddin rakhmat bahwa persepsi adalah proses pemberian makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain persepsi mengubah sensasi menjadi informasi.

Daftar bacaan:
DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia (Kuliah Dasar – Edisi Kelima). Jakarta: Profesional Book.
Mulyana, Deddy. 2002. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2010. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Apakah Roda Masih Berputar dan Dunia Masih Bergulir?

Telaah Kritis Buah Pikir Herman Soewardi Tentang Sains Tauhidullah  Dari Persepektif Mahasiwa Non Muslim
Oleh : Monika Wutun


1.      Prakata
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling kait-mengait dalam perjalanan dunia secara historis maupun substansial. Dua kata ini sebenarnya merupakan akar dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang super modern dan canggih berbasis teknologi tinggi yang kini tengah dinikmati oleh umat manusia di seluruh dunia.
Peran filsafat dan ilmu dalam membentuk atau menciptakan dunia seperti dewasa ini, dengan kelebihan dan kekurangannya tak hanya dinikmati oleh salah satu kaum saja. Tetapi harus diakui keduanya telah membuat semua umat manusia dapat mengenal dengan lebih baik keberadaan atau eksistensi dirinya maupun keberadaan atau eksistensi dari dunia itu sendiri.
Jika dikaji dari berbagai latar belakang dengan paradigma tertentu yang digunakan maka persepsi yang diciptakan akan menghasilkan buah pikir yang berlainan. Terlepas dari berbagai penilaian tentang keberadaan dunia yang benar ataupun salah, namun harus diakui semua pihak yang menyatakan benar atau salah justru juga menikmati kebenaran dan kesalahan yang ada dan terjadi di dunia ini. Tidak ada satu pihak pun saat ini dapat menghindari sesuatu yang sudah ada dan berada seperti adanya saat ini. 
Maka seharusnya umat manusia sebagai penghuni bumi ini, hendaknya menyadari tanggung jawab bawaan untuk menjaga keberadaan bumi agar dapat terus ada sampai saatnya jika ada kekuatan yang melebihi semua kekuatan di bumi menghendaki keberadaan bumi itu diakhiri. (Kekuatan itu bisa jadi kehendak Tuhan atau TAKDIR merenggut keberadaan bumi ini).  Sehingga ketika hal itu terjadi kita akan bertanya dan terus bertanya apakah roda masih berputar dan dunia masih bergulir?
2.      Mengapa Harus Herwan Soewardi?
Pertanyaan ini memang menggelitik keingintahuan Penulis untuk mengenal lebih mendalam seorang Herman Soewardi yang boleh dikatakan memiliki pemikiran yang luar biasa untuk dikaji secara ilmiah. Herman Soewardi bisa menghasilkan filsafat ilmu yang berbasis agamanya yakni Islam, kemudian membandingkannya dengan ilmu yang sudah berlaku universal saat ini.
Sebenarnya pemikiran Herman Soewardi ini tidak perlu dipertentangkan untuk tujuan menghancurkan atau mencari  kesalahan dan kebenarannya, tetapi justru harus dipertentangkan untuk menemukan makna terdalam dari niat suci Herman Soewardi untuk menggeluti filsafat ilmu hingga akhir hayatnya.
Kita tilik saja dari sejarah sampai lahir kepenuhan pemikiran Herman Soewardi yang tertuang dalam buku Roda Berputar Dunia Bergulir yang merupakan hasil telahannya selama lima tahun sejak 1994-1998. Buah pikirnya lahir berjenjang dari Diktat kuliah filsafat ilmu hingga akhirnya menghasilkan buku yang sampai saat ini dipakai oleh Universitas Padjadjaran sebagai bahan perbandingan dengan filsafat ilmu pada umumnya (ada barat dan timur / islam) atau bisa jadi paradigma baru pemikiran filsafat ilmu sebagai ilmu yang sejati?
Herman Soewardi dalam buku Roda Berputar Dunia Bergulir mengkaji dari perspektif Islam sebagai agama yang dianutnya tentang sains atau ilmu yang berbasis barat sentries yang dinamakan Sains Barat Sekuler (SBS) dengan Sains Tauhidullah yang Islami. Kajian yang dibuat oleh Herman Soewardi ini memang sangat menarik untuk diulas lagi lebih mendalam oleh para pihak yang tertarik dengan buah pikirnya.
Kajian itu hendaknya dapat mengayomi ilmu dengan sifat universalnya  sehingga ilmu itu dapat diperuntukkan bagi umat manusia di seluruh dunia tanpa ada pembatasan, penyekatan atau pengkotakan antar kelompok umat di dunia ini. Sehingga apa yang dikatakan sebagai Sains Tauhidullah yang Islami dengan basis wahyu dari Tuhan (Allah SWT) dapat mengubah 7 abad salah dengan orientasi sains barat sekuler dapat kembali menjadi 7 abad benar dengan ilmu yang bersumber dari wahyu Ilahi.
Sekiranya buah pikir Herman Soewardi ini tidak hanya bisa digunakan oleh kaum Muslim saja tetapi dapat juga menjadi ilmu bagi kaum Non Muslim dengan dasar ajaran agamanya masing-masing. Karena menurut Penulis Implikasi Tauhid pada LIFE dan Implikasi Tauhid pada THOUGHT, merupakan pemikiran yang layak untuk pelajari oleh kaum Non Muslim.
3.      Bagaimana Mahasiswa Non Muslim memaknai Sains Tauhidullah?
Sebagai Mahasiswa Non Muslim awalnya Penulis merasa kebingungan untuk memahami Sains Tauhidullah yang berbasis Islam. Penggunaan berbagai istilah dalam Bahasa Arab yang sangat Islam sentries belum lagi penulisan hanya ayat-ayat suci Al Quran tanpa menyebutkan naskah-nya, membuat kebingunan itu menjadi lebih terpenuhi.
Selain itu jika dibaca hanya permukaan maka Penulis dan kemungkinan mahasiswa Non Muslim lainnya hanya berpikir bahwa buah pikir Herman Soewardi tentang Roda Berputar Dunia Bergulir hanya Filsafat Islam yang mempersalahkan pemikiran barat dan mungkin bahkan secara ekstrim mempertentangkan Filsafat Islam dengan Filsafat Kristen atau Yahudi.
Namun setelah dibaca lebih mendalam akhirnya ditemukan makna tersembunyi dari pemikiran Herwan Soewardi bahwa ternyata dirinya tidak mempertentangkan kebenaran sains dari versi Islam  versus Kristen atau Yahudi tetapi mempertentangkan dan bahkan secara ekstrem mempersalahkan Sains Barat Sekuler yang mengagung-agungkan Rasio dan obyektivikasi tanpa melihat keberadaan Kekuatan Ilahi yang melebihi rasio manusia. Hasilnya sudah tampak saat ini dengan siklus karbon yang mengacam kelangsungan hidup manusia di bumi ini dan juga pencemaran lingkungan dan berbagai masalah lainnya yang timbul karena keangkuhan manusia.
Bahkan dalam pemikiran Herman Soewardi ini, dirinya juga mempertentangkan pemikiran para pemikir Islam yang terkontaminasi dengan pemikiran barat yang sangat rasionalis dan bahkan cenderung atheis (tidak percaya keberadaan Tuhan). Dia menamakan kaum ini sebagai kaum muslim yang mendewakan barat.
Karena itu Herman Soewardi menyusun sains versi dirinya dengan dasar Naqliah memandu aqliah dengan wujud konkritnya berupa alih premis dari premis empirical (value barat yang salah) ke premis transcendental (value Tuhan yang benar) di segala bidang ilmu. Juga dasar Naqliah memandu indrawi, dengan wujud konkritnya berupa penyempurnaan proses pengindraan, menjadi intuitif atau irfani, karena disinilah letak bimbingan Tuhan lewat Ilham.
Selain itu topik implikasi Tauhid pada Life dengan berdasar pada Q,96:5 dengan tafsiran bahwa setiap guru yang baik akan mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Sehingga dalam bingkai konsep ini dibahas juga sejarah dunia dengan paradigma Islam, juga konsep 7 abad benar dan 7 abad salah serta Garis Susu (berbasis Islam) dan Garis Alkohol (berbasis Barat). Pada bagian ini juga digelorakan kebangkitan Islam untuk membawa ilmu pada pijakan ajaran Tuhan.
Juga implikasi Tauhid pada Thought  atau berijtihad dengan pegangan Q,96:4 “yang mengajarkan manusia dengan perantaraan qalam”. Disini Herman Soewardi menegaskan Kalam artinya kata-kata Allah yang tidak sekedar pena atau nash-nash yang memandu akal atau pikiran manusia.
Dia menilai ilmu barat itu dilakukan tanpa tuntunan Ilahi sehingga salah jalan dan itu dibuktikan oleh dia sebagai tidak benar yang membawa manusia pada kehancuran peradaban seperti kerusakan ekologi. Karena itu untuk menghasilkan ilmu yang bersumber pada Ilahi maka sain itu harus berdasar pada naqliah memandu aqliah dan naqliah memandu indrawi.
Sebenarnya dari kaca mata Non Muslim (lebih khusus mahasiswa non muslim) sebenarnya kedua dasar itu juga ada dalam ajaran agama masing-masing. Seperti dalam ajaran Kristen ada juga perintah pada Injil yang mengharuskan umat kristiani untuk menyampaikan kebenaran kepada seluruh dunia dengan tafsiran kaum Kristiani juga berkewajiban untuk mengembangkan sains berbasis pada Firman Tuhan.
Dan perintah ini ada dalam Injil Matius 28:20, “dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”. Nash ini sebenarnya juga mengharus kaum Kristiani untuk mengembangkan sains yang berbasis pada wahyu Ilahi. Dan sains yang bersumber pada Firman Tuhan dan tentu mutlak benar itu, harus diajarkan kepada semua umat manusia agar kelompok Sains Barat Sekular yang cenderung atheis kembali kepada Sains  sejati yang mencari kebenaran Rasio dalam bingkai ke-Ilahi-an.
4.      Apakah Roda Masih Berputar dan Dunia Masih Bergulir?
Pada bagian  penutup ini, penulis sengaja mengajukan pertanyaan apakah roda masih berputar dan dunia masih bergulir? Sebagai pertanyaan reflektif bagi kita yang mendalami Filsafat Ilmu sebagai jalan untuk menemukan Sains sejati.
Bagi penulis sains sejati itu adalah sains yang ada dan dikembangkan bagi keselamatan umat manusia dan bukan malah sebaliknya. Sains yang tidak terkotak-kotak dalam otak manusia yang dapat ditakar, tetapi sains yang ada dalam rancangan Ilahi.
Entah apa agama-mu tapi kita semua punya tanggung jawab untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang belajar dari keberhasilan dan kegagalan di masa lalu untuk hidup di masa kini dan menyiapkan dunia bagi generasi akan datang. Generasi yang ada sesudah kita dan bisa saja kita juga menikmatinya di kehidupan sesudah saat ini.